Rabu, 14 Januari 2009

Pengetahuan Umum Tanaman Coklat

COKLAT
Klasifikasi
Coklat merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan ke dalam kelompok tanaman caulifloris. Adapun sistematikanya menurut klasifikasi botanis sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledon
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao.
Morfologi
Secara umum, tanaman coklat memiliki bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, dan buah.
1. Akar
Akar coklat adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar coklat bisa sampai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah. Coklat yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar yang menyerupai akar tunggang.
Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, air tanah dan aerasi di dalam tanah. Pada tanah yang drainasenya jelek dan permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm. hal yang sama juga akan terjadi jika permukaan air tanah terlalu dalam. Keterbatasan akar coklat untuk berkembang pada tanah yang permukaan airnya ekstrem menjadi faktor pembatas penanaman cokelat di daerah pantai. Akar kecambah yang telah berumur 1-2 minggu biasanya menumbuhkan akar-akar cabang (radix lateralix). Dari akar cabang ini tumbuh akar-akar rambut (Fibrilia) yang jumlahnya sangat banyak. Pada bagian ujung akar itu terdapat bulu akar yang dilindungi tudung akar (calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi untuk menghisap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikron dan panjangnya maksimum hanya 1 mm.
Coklat akan mempunyai perakaran lengkap setelah tanaman berumur 3 tahun, tetapi hal ini masih bergantung pada faktor-faktor tanah dan jenis tanaman serta pemupukannya. Pada akar coklat terdapat juga jamur mikoriza yang berperan dalam penyerapan hara tertentu, terutama fosfor.
2. Batang
Coklat dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman coklat punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila ditanam tanpa pohon pelindung. Di awal pertumbuhannya tanaman coklat yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan batang utama sebelum menumbuhkan cabang-cabang primer. Letak cabang-cabang primer itu tumbuh disebut jorquette, yang tingginya dari permukaan tanah 1-2 meter. Ketinggian jorquette yang ideal adalah 1,2-1,5 meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang.
Pada tanaman coklat yang diperbanyak secara vegetatif tidak didapati jorquette. Cabang-cabang primer tumbuh dari pangkal batang dekat permukaan tanah sehingga ketinggian tanaman relatif lebih rendah dari tanaman coklat asal biji. Untuk membentuk habitat yang baik, dibutuhkan seleksi cabang dan pemangkasan yang teratur.
Dari batang maupun cabang acapkali tumbuh tunas-tunas air (chupon). Bila tunas air ini dibiarkan tumbuh akan akan membentuk jorket kembali. Tunas air tersebut juga menyerap banyak energi sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan. Karena itu, tunas air harus ditunas secara berkala.
Ditinjau dari tipe pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman coklat tumbuh ke arah atas maupun samping. Cabang-cabang yang tumbuh ke arah samping disebut cabang-cabang plagiotrop dan cabang-cabang yang tumbuh ke arah atas disebut cabang-cabang orthotrop.
3. Daun
Daun coklat terdiri dari atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun berkisar antara 25-34 cm dan lebarnya 9-12 cm. Daun yang tumbuh pada ujung-ujung tunas biasanya berwarana merah dan disebut daun flush, permukaannya seperti sutera. Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau dan permukaannya kasar. Pada umumnya daun-daun yang terlindung lebih tua warnanya bila dibandingkan dengan daun yang langsung terkena sinar matahari.
Mulut daun (stomata) terletak pada bagian bawah permukaan daun. Jumlah mulut daun sangat bergantung pada intensitas cahaya matahari. Karena coklat termasuk tanaman lindung, maka pengaturan pertumbuhan tanaman dengan cara pengurangan daun untuk menyerap sinar matahari akan sangat menentukan pembungaan dan pembuahan.
Kedudukan daun coklat pada cabang primer maupun sekunder terdiri atas dua tipe, masing-masing 3/8 dan ½. Kedudukan daun 3/8 didapati pada cabang ortotrop dan kedudukan daun ½ didapati pada cabang plagiotrop.
4. Bunga
Jumlah bunga coklat mencapai 5.000-12.000 bunga per pohon per tahun, tetapi jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar satu persen saja.
Bunga coklat tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5 helai, dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 cm. Bunga disangga oleh tangaki bunga yang panjangnya 2-4 cm. Tangkai bunga tersebut tumbuh dari bantalan bunga pada batang atau cabang. Bantalan bunga pada cabang akan menumbuhkan bunga ramiflora sedangkan bantalan bunga pada batang akan menumbuhkan bunga cauliflora, yang diameter serbuk sarinya hanya 2-3 mikron.
Daun kelopak bunga (calyx) berbentuk lanset, panjangnya 6-8 mm. warna daun kelopak putih dan kadang-kadang makin ke ujung warnanya ungu kemerahan. Daun mahkota (corolla) berbentuk cawan, panjangnya 8-9 mm. warna daun mahkota putih kekuningan atau putih kemerahan. Benang sari (androecium) tersusun dalam dua lingkaran. Satu lingkaran terletak di lekukan mahkota. Ukurannya pendek dan tidak keluar dan tidak keluar dari bunga, berbentuk pita dan berwarna kuning. Lingkaran kedua terdiri dari lima helaian yang tidak mengandung tepung sari, terletak di sebelah dalam. Ukurannya panjang dan tumbuh keluar dari bunga. Daun buah (gynoceum) terdiri atas lima helai dengan tepi saling berlekatan untuk membentuk bakal buah (ovarium) beruang satu.
Penyerbukan bunga coklat dibantu oleh serangga. Sebanyak 75% dari bunga yang menyerbuk diketahui dibantu oleh serangga Forcipomya spp, sedangkan 25% lagi oleh serangga lain yang didapati pada bunga. Ada tiga ordo serangga penyerbuk pada tanaman coklat, yaitu Homoptera, Hymenoptera, dan Diptera. Forcipomya spp. sendiri diketahui terdiri atas 16 subgen. Umumnya serangga Toxoptera aurintii box, tyora tessmani, Crematogester depressa, Crematogester clariventris, dan Cecidomyiid, serta Drosophila terdapat pada bunga yang siap diserbuki.
5. Buah
Buah coklat berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang demikian akan berbunyi bila digoncang.
Jumlah bunga yang menjadi buah sampai matang dan jumlah biji di dalam buah serta berat biji merupakan faktor-faktor yang menentukan produksi. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (buah pentil). Buah muda ini acapkali mengalami pengeringan (cherelle wilt) sebagai gejala yang spesifik dari coklat. Gejala yang demikian disebut physiological effect thinning, yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara untuk menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut bisa juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan buah muda.
Di dalam setiap buah terdapat 30-50 biji, bergantung pada jenis tanaman. Sedangkan berat kering atau satu biji coklat yang ideal adalah 1 + 0,1 gram. Beberapa jenis tanaman coklat menghasilkan buah yang banyak tetapi bijinya kecil, dan sebaliknya.
Perubahan warna kulit tongkok dapat dijadikan tanda kematangan buah. Terdapat buah yang berwarna hijau tua, hijau muda, atau merah pada waktu muda, tetapi akan berwarna kuning bila telah matang.
Produksi dan Produktivitas
Bubuk coklat telah dikenal sebagai pencampur minuman oleh bangsa suku Indian suku Maya di Amerika Tengah sejak abad sebelum Masehi. Meskipun demikian, biji coklat mulai diperkenalkan di bagian dunia lain baru pada abad ke-15. Dengan kegunaannya sebagai upeti atau alat barter bernilai tinggi, biji coklat diperkenalkan kepada bangsa Spanyol.
Bersamaan dengan diperkenalkannya biji coklat tersebut, usaha pengembangan pertanaman coklat dirintis oleh bangsa Spanyol ke benua Asia dan Afrika. Di Afrika, coklat diperkenalkan pada abad ke-15 dengan daerah penanaman terutama di Nigeria, Pantai gading dan Kongo. Pada waktu bersamaan, coklat diperkenalkan pula di Asia, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan kawasan Pasifik.
Coklat telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951. Jenis coklat yang ditanam saat ini sebagian besar adalah jenis Criollo atau Flavour Cocoa. Produksi coklat Indonesia dihasilkan dari perkebunan besar negara dan swasta yang terdapat di daerah Sumatera Utara dan Jawa Timur, selain itu juga produksi yang berasal dari perkebunan rakyat yang tersebar di daerah-daerah Maluku, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Irian Jaya. Meningkatnya usaha di bidang pembudidayaan coklat ini telah dapat meningkatkan hasil devisa bagi negara melalui ekspor dan mendorong ekonomi daerah, terutama daerah pedesaan. Untuk itu sejak tahun 1980 Pemerintah memberikan prioritas terhadap produksi coklat sebagai salah satu mata dagangan yang dikembangkan secara cepat. Produksinya sebagian besar diekspor, khususnya ke negara-negara Belanda, Jerman Barat, Amerika Serikat, dan Singapura.
Produksi coklat pada perkebunan besar negara perkembangan produksinya relatif lambat dibandingkan dengan perkembangan produksi yang dicapai oleh perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat. Tingkat produktivitas tanaman coklat Indonesia rata-rata dapat dikatakan masih kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga, misalnya Malaysia.
Aspek Agronomis
Dalam ilmu agronomi dipelajari cara pengelolaan tanaman coklat (merupakan tanaman pertanian) dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan). Secara agronomis pembahasan tanaman coklat mencakup berbagai aspek, meliputi: pengelolaan (manajemen tanaman), kelestarian lingkungan, hasil produksi, dan tanaman pertanian.
Dari aspek pengelolaan (manajemen) tanaman coklat, harus diperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Syarat tumbuh: curah hujan, temperatur, dan tanah (sifat fisik, sifat kimia, dan kriteria tanah).
2. Memilih bibit, meliputi: kompatibilitas, pemilihan biji, tipe percabangan bibit.
3. Pohon pelindung: jenis, manfaat, bikultur dan penjarangan pohon pelindung.
4. Persiapan penanaman: jadwal pekerjaan, pembersihan areal, persiapan areal, jarak tanam, pola tanam, pemancangan, teras, dan jalan afdeling.
5. Pengelolaan pembibitan: pembibitan pohon pelindung-tetap, pembibitan benih dan stek coklat, dan bahan tanam okulasi.
6. Penanaman dan pemeliharaan: penanaman coklat, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian gulma.
7. Hama dan penyakit
8. Panen: teknik memetik buah, organisasi pemanenan, dan pemecahan buah.
9. Pengolahan: fermentasi, pengeringan, sortasi dan penyimpanan.
10. Pemanfaatan limbah.
Hingga saat ini pengembangan jenis coklat Indonesia sebagian besar ditujukan pada jenis Bulk/Hibrida. Jenis ini agak tahan lama dibandingkan jenis Fine/Flavour Cocoa. Pengembangan jenis coklat Bulk (Lindak) tidak saja dilakukan di PT Perkebunan Negara, tetapi juga di perusahaan perkebunan besar, swasta dan rakyat. Hal ini bertujuan untuk menunjang program pengembangan coklat di Indonesia.
Pada masa yang akan datang, komoditi biji coklat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan yang lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. Setidaknya dari segi luas areal pertanaman maupun sumbangannya kepada negara sebagai komoditi ekspor. Berbagai usaha telah dilakukan untuk pengembangan coklat, seperti perbaikan teknik budidaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar